Senin, 21 Januari 2013

Campak: Sebelum yang terburuk tiba

Orang tua sering terkecoh karena gejala campak menyerupai penyakit yang umum menimpa anak-anak, seperti nyeri tenggorokan, batuk, dan demam.  Sebelum 1960, penyakit yang disebabkan oleh virus ini pernah menimbulkan 135 kasus dan menyebabkan kematian 6 juta orang per tahun. Tiga tahun kemudian, vaksin campak pertama dikembangkan. Sejak itu, dimulailah program imunisasi campak secara global. Menurut data terakhir pada tahun 2005 dari World Health Organization (WHO), sejak tahun 1999 terjadi penurunan angka kematian akibat campak hingga 60 persen di seluruh penjuru dunia. Khususnya di kawasan Asia Tenggara, penurunan angka kematian sebesar 27 persen, dari 237 .000 menjadi 174.000 orang. 

Deretan angka dan persentase tersebut mungkin menggembirakan. Pada kenyataannya, ancaman campak masih mengintai jutaan anak di seluruh dunia, terutama mereka yang belum pernah mendapatkan imunisasi campak  Di Indonesia, sedikitnya masih terjadi 30.000 kematian anak karena campak. Artinya, setiap 20 menit, satu anak meninggal dunia karena penyakit yang
sebenarnya bisa dicegah sejak dini. Pemerintah Indonesia berusaha untuk terus menekan angka kematian yang masih tergolong tinggi ini. Sejak 20 Februari lalu, pemerintah mengadakan program imunisasi campak gratis selama satu bulan. Mereka yang menjadi target imunisasi adalah anak-anak usia 6-9 bulan yang amat rentan terhadap infeksi campak. Namun demikian, tak akan cukup usaha dari pemerintah jika para orang tua tidak paham tentang seluk beluk campak, bahaya yang dapat ditimbulkan, serta upaya pencegahannya yang harus dilakukan sesegera mungkin.  

Campak adalah penyakit yang dapat dengan mudah menular melalui percikan ludah dari penderita saat bersin atau batuk. Jlka kuman yang ada di percikan ludah menyebar di udara lalu terisap lewat hidung atau mulut anak, maka ia berisiko mengalami campak. Karena itu, anak yang terkena campak harus diisolasi agar tidak menulari ke orang 1ain.  Penyakit campak yang mudah menular ini juga bisa mematikan. Jika yang terjangkit adalah anak dengan daya tahan tubuh yang kuat, cukup gizi, atau sudah mendapatkan imunisasi campak yang pertama, maka campak yang dideritanya tergolong ringan. Ancaman kematian mengintai anak-anak yang belum pernah diimunisasi dan bergizi buruk. "Campak tidak bisa dibasmi sepenuhnya, ini berbeda dengan polio. Campak hanya bisa direduksi," Dr. lulitasari Sundoro, MSc dari Global Alliance Vaccine Immunization (GAVI) mengingatkan. "Risiko kematian bisa dibuat sekecil mungkin. Tetapi, yang pasti anak harus diimunisasi agar kebal dan tidak terkena campak." Pada anak-anak yang belum diimunisasi, campak bisa saja disertai komplikasi, di antaranya adalah pneumonia, trombositopenra (penurunan jumlah trombosit), ensefalitis (infeksi otak), termasuk diare yang bisa menyebabkan dehidrasi. Komplikasi semacam inilah yang bisa menimbulkan kematian pada anak penderita campak.  Tidak ada cara yang jauh lebih baik menghadapi penyakit campak selain tindakan preventif. Begitu pula untuk mencegah anak terjangkit campak. 

Ketika anak memasuki usia 9 bulan, bawalah dia ke puskesmas atau posyandu terdekat untuk diberi imunisasi campak. Satu kali imunisasi saja tidak menjamin  Gejala awal timbul dalam 1-2 minggu setelah seorang anak terinfeksi virus. Diawali batuk- batuk, disusul demam tinggi yang turun naik, biasanya berlangsung sekitar lima hari dibarengi dengan mata merah. 2-4 hari kemudian, timbul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (Koplik spot). Bintik-bintik ini biasanya bertahan 3-4hari. Di hari kelima, demam akan menjadi sangat tinggi. Pada saat ini, muncul ruam-ruam merah yang menyerupai biang keringat, dan secara bertahap akan memenuhi seluruh tubuh. Jika anak memiliki daya tahan tubuh yang baik, ruam tidak akan terlalu menyebar. Bercak kemerahan ini akan terasa gatal. .Jika digaruk keras dengan tangan yang kotor, bisa menimbulkan infeksi seperti bisul kecil bernanah. Setelah bercak kemerahan keluar, biasanya demam akan turun dengan sendirinya. Bercak- bercak tadi menjadi bersisik dan berwarna kehitaman. Pada tahap ini, sebenarnya si anak memasuki periode penyembuhan. Bintik- bintik hitam itu akan rontok dan hilang dengan sendirinya.   

Campak tidak bisa dibasmi sepenuhnya, berbeda dengan polio. Campak hanya bisa diperkecil jumlah kasusnya.  anak benar-benar kebal terhadap paramiksovirus, yakni virus penyebab campak.'Anak-anak membutuhkan imunisasi kedua untuk membuat tubuhnya imun," kata Dr. Sudath Peiris dari WHO. Imunisasi campak yang kedua diberikan saat anak mencapai usia 5-6 tahun. Jika sudah mendapatkan imunisasi kedua, diharapkan tubuh anak lebih kuat menghadapi penyakit ini. Sayangnya, tidak sedikit kaum ibu yang masih terpengaruh oleh mitos tentang kejadian yang menimpa anak setelah diimunisasi, atau disebut kejadian ikutan pasca imunisasi. Memang, siapa yang tidak bergidik kala mendengar berita kontroversial mengenai kondisi anak setelah imunisasi, seperti demam tinggi, kejang-kejang, bahkan meninggal. Akan tetapi,   isu ini tidak boleh ditelan mentah-mentah tanpa pembuktian lebih lanjut. "Terlebrh setelah melalui riset mendalam, kejadian kejadian tersebut biasanya conditional. Hanya kebetulan semata," kata Dr. Julitasari. Pada dasarnya, vaksin campak tergolong aman. Kalaupun timbul demam atau bintlk merah halus beberapa hari setelah imunisasi, itu adalah reaksi normal yang akan hilang dengan sendirinya. Penundaan imunisasi perlu dilakukan jika anak sedang mengalami demam tinggi atau diare yang tergolong berat. Untuk menghindari kejadian ikutan yang tak diinginkan, pastikan si kecil dalam keadaan sehat sebelum diimunisasi. "Jika si anak disuntik dalam keadaan sehat, maka yang terbentuk adalah antibodi maksimum," kata Dr. Hingky Hendra Irawan Satari, SpA (K), M. Paed dari Komnas PP - Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). "Sebenarnya, boleh boleh saja anak disuntik meskipun dalam kondisi tidak begitu sehat. Kalau hanya batuk, tidak ada masalah. 

Tetapi mungkin antibodi yang terbentuk tidak optimum."  Campak dianggap sebagai penyakit yang pasti akan didapat anak-anak. Padahal campak memiliki komplikasi yang bisa menyebabkan kematian.  Selain adanya kejadian ikutan pasca rmunisasi, masih ada anggapan di masyarakat bahwa campak itu hal yang biasa dan pasti terjadi pada anak. Keyakinan ini menjadi salah satu  penghalang anak mendapatkan imunisasi. "Campak dianggap sebagai penyakit yang seolah harus didapat anak-anak. Padahal campak memiliki komplikasi yang bisa menyebabkan kematian," kata Dr. Hengky, yang juga praktik di Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) dan RSCM  Beritakontroversial mengenai kejadian ikutan hendaknyatidak menjadi penghalang anak diimunisasi, kata Dr Hingky. Daripada mempercayai hal-hal yang belum tentu benar, sebaiknya para orang tua lebih cermat dan teliti dalam memilah informasi. Tak perlu ragu untuk banyak bertanya kepada orang yang ahli demi mendapatkan lnformasi yang sahih. "Bagaimanapun juga, anak punya hak untuk mendapat perlindungan terhadap penyakit," Dr Hingky menjelaskan.  Jika daya tahan tubuh anak cukup kuat, dan campak yang diderita tergolong ringan, atau kecil kemungkinan terjadi komplikasi, ia mungkin tidak perlu rawat inap di rumah sakit. Tapi, Anda tetap harus berkonsultasi dengan dokter. 

Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan untuk melakukan perawatan di rumah.  

DIISOLASI Karena penyakit campak mudah menular, si kecil harus diisolasi. Dia harus libur sekolah sampai benar-benar sembuh agar tidak menulari teman-temannya. Jika memiliki adik yang masih bayi, lebih-lebih yang belum diimunisasi, dia harus dipisahkan dari adiknya.  BARANG.BARANG TERSENDIRI Sampai campak yang dideritanya pulih total, si kecil harus menggunakan barang-barang tersendiri yang tak boleh digunakan oleh orang lain. Misalnya, peralatan makan dan peralatan mandi yang berisiko menularkan virus lewat kontak langsung,  

DIMANDIKAN Menurut Dr. Lineus Hewis, SpA, dokter anak dari The Jakarta Women & Children Clinic, salah satu mitos mengenai campak adalah tidak boleh memandikan anak. Padahal, jika demam sudah turun, anak harus tetap dimandikan meski ruam-ruam telah muncul di tubuhnya. Sebab, ruam-ruam itu akan menimbulkan gatal, lebih- lebih jika bercampur dengan keringat. Mandi akan mengurangi rasa gatal dan membuat anak merasa segar Gunakan sabun bayi dan gosok tubuhnya dengan lembut. Saat menghanduki anak, lakukan dengan perlahan.  

ISTIRAHAT DAN MAKAN MAKANAN BERGIZI  Selama masa penyembuhan, anak harus beristirahat cukup dan diberi makanan bergizi yang  mudah dicerna untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya. Hindari makanan yang bisa merangsang timbulnya batuk, seperti gorengan dan coklat.  

KONSULTASI DENGAN DOKTER lnilah yang terpenting. Anda harus berkonsultasi dengan dokter untuk pengobatan yang tepat. Berikan obat kepada anak sesuai dengan resep dokter. Jangan segan- segan bertanya mengenai hal-hal yang belum Anda ketah ui.

9 komentar:

  1. anak saya diumur 9 bulan dikasi imunisasi campak dan diumur satu setengah tahun dikasi campak juga.apakah itu tidak apa apa

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Anak saya 6 hari setelah imunisasi campak malah demam tinggi + muncul bercak merah khae campak + diare + batuk. Sampai skrg masih demam dan diare.

    BalasHapus
  5. terimakasih untuk informasinya, sebenarnya klo dibiarkan tanpa di obati, penyakit apapun bisa menjadi berbahaya,

    http://herbalkuacemaxs.com/pengobatan-herbal-diare/

    BalasHapus